Rabu, 29 Oktober 2014

wisata ke pangandaran bersama 3EB08




wisata ke pangandaran bersama 3EB08
Salam Sejahtera
Pada suatu hari, kelas kita tuh lagi mau ngadain jalan-jalan, tapi bigung nih ceritanya mau jalan-jalan kemana, nah akhirnya kita dapat ide buat jala-jalan ke pangandaran. Sesudah itu kita nentuin tanggal dan waktunya.
Dan pada tanggal 17 bulan sepetember 2014, disitulah waktunya yang tepat buat kami ke pengandaran. Nah sebelumnya pada tanggal 16 malam kita udah janjian untuk ngumpul di kampus jam 09.00 WIB.
Dan keesokan harinya aku berangkat menuju ke kampus, katanya sih bilangnya jam 09.00 ngumpul tapi yang biasa orang indonesia ngaret jamnya, jadi saya dan teman-teman jalan menuju ke pangandaran jam11.00 WIB.
Saya dan teman-teman bergegas untuk masuk ke mobil, disini kita menyediakan 2 mobil, mobil edro dan mobil tander, kalau saya sih di mobil tander bersama, aulia, aida, tio, yuan, tandre, aldi, dan malsi. Sedangkan di mobil edro ada benny, rifky, junian dan danar.
Dalam perjalanan kita semua sih sangat gembira karena udah lama juga tidak jalan-jalan, akhirnya kesampean juga untuk jalan-jalan, nah di mobil itu saya tuh tidur mulu,wajar lah udah lama ga tidur,hehehe.
Pada saat perjalanan,sampelah kita semua di daerah garut, disitu yang paling membosankan karena kita semua terjebak macet yang cukup panjang dikarenakan ada perbaikan jalan, jadi alhasil perjalanan kita jadi sedikit membosankan.
Setelah berjam-jam kita semua akhirnya terbebas dari macet yang cukup panjang tadi. Kita semua sudah tiba di ciamis tapi pada waktu malam kita sedikit nyasar makmlum baru pertama kali ke pangandaran. 
setelah perjalanan panjang akhirnya kita semua tiba di pangandaran yeyeyeeyyeye, disitu aku agak sedikit lega akhirnya sampe juga dengan selamat, pas sampe di homestay aku dan aida dan aul bergegas untuk menuju ke kamar untuk istarahat dan merapihkan barang-barang. Tapi pas sampe di home stay aku agak sedikit kecapean dan maag ku jadi kambuh tap itu semua tidak mematahkan semangat.
Jadi gara-gara aku sakit aku langsung tidur dan tidak ikut berbincang-bincang dengan teman-teman yang lain. Nah pada saat jam 2 pagi kalau tidak salah si jamnya aku dibangunin sama aida untuk makan karena kita semua tuh udah laper banget, menu makanannya enak-enak deh ada sosis, naget, ayam ya sedaanya lah ya,hehe.
Setelah makan, aku dan yang lain bergegas untuk tidur, karena bseok paginya kita akan ke green canyon dan pantai batu karas,  jreng-jreng akhinya pagi juga, aku dan yang lain bergegas untuk siap-siap, ada yang lagi mandi, masak, ada juga yang masih tidur.
Nah karena semuanya sudah siap, aku dan teman-teman cepat-cepat untuk pergi, pertama kita semua akan ke green canyon dimana tempat itu yang paling ditunggu-tunggu sama kita semua, yang pertama karena green canyon itu bagus banget, kedua green canyon tuh surganya dunia.
Akhirnya kita sampai deh ke green canyon, pas sampai di green canyon kita agak sedikit ragu karena tidak di duga-duga hargahya mahal banget nah terutama aku, pada saat tau kalau harganya mahal aku langsung panik karena aku tidak membawa banyak uang, tapi ada aida yang baik banget mau minjemin uang. Makasih ya aida,hehehe.
Setelah uang terkumpul aku dan yang lain langsung naik ke perahu yang sudah disediakan oleh pihak green canyon, nah sampe lah kita di tempat yang sangat bagus banget yang dipenuhi oleh tebing dan air yang biru ke hijau-hijauan, kita semua disuruh pkai pelampung karena inilah waktu yang sangat menantang kita akan melawan arus yang cukup sedikit deras.
Aku sih sebenarnya takut tapi dipaksain lah berani, sayang tidak turun karena udah bayar mahal, jadi paksain turun deh, nah yang pertama turun tuh rifky, jadi setalh rifky turun menyusul aida dan aku dan yang lain akhirnya seneng-seneng di air, terus manjat tebing ada yang loncat dengan ketinggian 4 meter. Pokoknya tidak menyesal lah terutama aku heheh, kurang lebih 1 jam kita bermain air di green canyon akhirnya kita kembali ke dermaga, untuk lajut perjalan ke pantai batu karas.
Menuju pantai karas dengan baju yang msaih basah banget, kasian mobil tander sama edro jadi basah gara-gara kita semua, maaf ya edro tander. Jreng kita sampai juga di pantai batu karas, pantai baguss banget banyak turis dan anak-anak kecil yang nain surfing. Tapi karena kita semua udah sedikit cape jadi kita hanya main ombak aja, terutama aku sam aida kita jadi ikut-ikutan main ombak deh abreng anak laki-laki sedangkan aulia dia bagian dokumentasi yang foto-fotoin kita, beberapa jam kemudian kita semua memtuskan untuk pulang home stay karena waktu sudah hampr malam.
Dalam perjalanan, menuju home stay aku dan yang lain berhenti di pinggir jalan untuk mencari makanan seblak khas daerah ciamis, mungkin sakin laparnya pada lahap-lahap makannya. Cuss lajut lagi menuju homestay, sampe juga sampai di home stay, langsung bergegas untk mandi.
Keesokan harinya aku dan teman-teman yang lain siap-siap untuk kembali ke jakarta, bye pangandaran sampe jumpa lagi di lain waktu.........................
Itulah cerita aku dan teman-teman sekelas aku 3EB08
Sampai jumpaaaaaaaaaaaa...................................
Berikut foto-foto wisata ke pangandaran :
            

    



Rabu, 22 Oktober 2014

Cerita rakyat : Timun Mas


Cerita rakyat : Timun Mas
Dikisahkan pada zaman dahulu, tinggallah sepasang suami istri petani di desa. Keduanya merupakan orang yang ramah dan rajin bekerja. Kedua suami istri ini adalah orang yang sederhana. Walau mereka tidak hidup mewah, mereka cukup berbahagia karena merasa cukup dengan apa yang mereka miliki. Jika ada keinginan mereka yang belum tercukupi, itu adalah seorang anak. Ya, keduanya memang belum dikaruniai anak.
Setiap hari keduanya berdoa di dalam pondok mereka memohon kehadiran seorang anak. Hingga pada suatu hari, di kala mereka sedang berdoa, lewatlah seorang raksasa hijau, si Buto Ijo, di depan pondok mereka.
Raksasa itu mendengar doa keduanya dan ia pun berkata, “Wahai orang tua, aku dapat mengabulkan permohonanmu dan memberikanmu seorang anak. Akan tetapi, ada syarat yang harus kalian tepati.” Suami istri itu sangat terkejut. Belum habis kekagetan mereka, raksasa itu berkata lagi, “Jika anak itu telah berusia 17 tahun, kalian harus menyerahkannya kembali padaku.” Suami istri itu terlalu gembira bahwa keinginan mereka akan terkabul, sehingga mereka tanpa pikir panjang langung menyetujui syarat dari raksasa itu.
“Tanamlah biji mentimun ini, dan niscaya kalian akan mendapatkan seorang anak,” pesan raksasa hijau itu kepada mereka sebelum ia pergi.
Keduanya menuruti pesan raksasa dan menanam biji mentimun tersebut. Tanaman timun itu tumbuh semakin besar dan berbuah. Hanya saja, hanya ada satu mentimun berwarna emas dari tanaman itu dan ukurannya pun sangat besar. Saat mentimun raksasa itu kelihatan matang, sang istri memetiknya dan segera membelahnya. Tiba-tiba tangisan bayi terdengar dan betapa terkejutnya ia menemukan seorang bayi perempuan berona kemerahan dari dalam timun itu. “Pak, kemarilah, doa kita telah dikabulkan,” demikian sang istri berkata, mensyukuri apa yang terjadi. Keduanya lalu menamakan bayi itu Timun Mas, sesuai dengan timun tempat bayi itu terbaring sebelumnya.
Bertahun-tahun kemudian, Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik, manis, dan baik hati. Orang tuanya pun sangat sayang dan bangga padanya. Namun mereka berdua khawatir, karena ulang tahun ke-17 Timun Mas sudah dekat. Mereka teringat akan janji mereka pada Buto Ijo. Dan benarlah, di hari ulang tahunnya, Buto Ijo mengunjungi pondok kedua suami istri itu untuk menagih janji.
Lelaki petani itu mencoba tenang. Ia berkata kepada Buto Ijo, “Bersabarlah, Timun Emas sedang membantu ibunya di dapur. Saya akan segera memanggilnya.” Ia kemudian masuk ke dalam rumah dan berkata pada Timun Mas, “Nak, larilah secepat mungkin dari Buto Ijo dan bawalah kantung ini. Kelak, benda-benda di dalamnya akan menolongmu.”
Timun Emas segera berlari lewat pintu di belakang rumahnya dan berlari kencang sampai jauh dari desa tempat ia dibesarkan. Kedua petani itu berdoa dalam hati agar Timun Mas dapat berlari ke tempat yang jauh agar tidak ditemukan oleh raksasa.
Raksasa yang telah lama menunggu menjadi tak sabar. Mengetahui bahwa ia telah diperbodoh, raksasa hijau itu mengamuk dan menghancurkan pondok kedua petani itu. Ia pun segera lari mengejar Timun Mas.
Raksasa itu berlari sangat cepat, sehingga hanya dalam waktu sebentar saja, ia hampir mendekati Timun Mas. Timun Mas sangat takut melihat raksasa yang semakin dekat, tapi ia teringat pesan kedua orangtuanya. Dibukanya kantung pemberian ayahnya dan diambilnya segenggam garam dari dalamnya. Timun Mas menghamburkan garam itu ke arah Buto Ijo. Ajaib! Tiba-tiba terhampar lautan yang luas yang memisahkannya dari Buto Ijo. Timun Mas kembali berlari.
Walaupun kesulitan berenang menyeberangi lautan, Buto Ijo berhasil mengejar Timun Mas. Ia sudah sangat dekat mencapai Timun Mas, namun Timun Mas menyebarkan benda kedua dari dalam kantung, segenggam cabai, dan terbentanglah hutan semak belukar dengan tumbuhan berduri di dalamnya. Raksasa itu kesakitan. Ia berupaya keras untuk keluar dari hutan itu dan mengejar Timun Mas. Timun Mas terus berlari, berharap Buto Ijo tidak mengejarnya lagi.
Buto Ijo marah, kesal, dan kesakitan. Ia berhasil keluar dari hutan belukar itu, tapi makin besar keinginannya untuk menangkap Timun Mas dan membalas kemarahannya. Raksasa pun berlari mengejar Timun Mas yang telah jauh meninggalkannya. Sekali lagi, raksasa berhasil mendekati Timun Mas. Seperti sebelumnya, Timun Mas kembali merogoh ke kantungnya. Namun hanya satu benda tersisa, yakni sepotong terasi udang. Terasi itu menjadi harapan terakhirnya. Timun Mas mengambil onggokan terasi itu, dan ia terus lari dan berpasrah.
Lemparan terasi udang itu menciptakan suara bergemuruh. Tanah di belakang Timun Mas bergoyang dan retak. Badai lumpur bergulung dan menyedot apapun di sekelilingnya. Gulungan lumpur itu pun menarik badan raksasa tanpa ampun. Raksasa yang telah kelelahan itu pun tidak dapat melawan. Dan dalam gulungan itu, lenyaplah tubuh Buto Ijo.
Timun Mas menoleh ke belakang. Buto Ijo telah hilang dan tanah itupun telah kembali tenang. Betapa jauh ia telah berlari selama berhari-hari itu, hingga tanpa disadari telah kembali Timun Mas ke desanya. Ia berlari bahagia pulang ke rumahnya di mana ia disambut dengan suka cita oleh kedua orangtuanya.


Tentang Sahabatku


Tentang Sahabatku
Sahabatku adalah tetesan embun pagi
yang jatuh membasahi kegersangan hati
hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari
dalam kesejukan

Sahabatku adalah bintang gemintang malam di angkasa raya
yang menemani kesendirian rembulan yang berduka
hingga mampu menerangi gulita semesta
dalam kebersamaan

Sahabatku adalah pohon rindang dengan seribu dahan
yang memayungi dari terik matahari yang tak tertahankan
hingga mampu memberikan keteduhan
dalam kedamaian

Wahai angin pengembara
kabarkanlah kepadaku tentang dirinya

Sahabatku adalah kumpulan mata air dari telaga suci
yang jernih mengalir tiada henti
hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri
dalam kesegaran

Sahabatku adalah derasnya hujan yang turun
yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu menahun
hingga mampu membersihkan mahkota bunga dan dedaun
dalam kesucian

Sahabatku adalah untaian intan permata
yang berkilau indah sebagai anugerah tiada tara
hingga mampu menebar pesona jiwa
dalam keindahan

Wahai burung duta suara
ceritakanlah kepadaku tentang kehadirannya

UNTUK PERPISAHAN


UNTUK PERPISAHAN
Oleh Miftahul Hanifah Qohar

Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu

Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani

Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa kumenghibur diri
Tubuhku kan bersih dan esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku

Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur

Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan